Minggu, 27 November 2011

Låt den rätte komma in (2008) - Review

Låt den rätte komma in - Let The Right One In

Released Date: 24 October 2008 (Norway)
Genre: Drama, Fantasy, Romance
Director: Tomas Alfredson
Cast: Kåre Hedebrant, Lina Leandersson, Per Ragnar

Att fly är livet, att dröja döden” -- To flee is life, to linger is death

Bram Stoker’s Dracula (disutradarai oleh Francis Ford Coppola) selama dua dekade lebih menjadi film vampire paling tak terlupakan. Lalu datanglah Låt den rätte komma in.  Anda boleh mendebatnya, namun yang jelas Twilight Saga berbeda ‘maqom’ dengan kedua film di atas.

Diangkat dari novel berjudul sama, film ini berjalan dengan pelan namun pasti di bagian awalnya. Sampai kita dipertemukan dengan magnet utama film: Eli (diperankan dengan anggun sekaligus dingin oleh Lina Leandersson).

Oskar (Kåre Hedebrant) adalah seorang bocah 12 tahun penyendiri yang kerap menjadi korban bully teman-temannya di sekolah. Ia tinggal berdua bersama ibunya di sebuah apartemen di pinggiran Stockholm. Karakter passive-aggressive terlihat bersemayam dalam diri Oskar. Terdengar klasik memang,  sampai suatu hari Oskar kedatangan tetangga baru, Eli gadis yang sebaya dengannya. Meski pada awalnya Eli memperingatkan Oskar untuk tidak menjadi temannya, chemistry kuat yang terbangun di antara keduanya tak terelakkan.

Pertemanan keduanya pun tumbuh, walau belakangan rahasia kelam Eli sebagai ‘bukan seorang gadis biasa’ perlahan terkuak.  Di sisi lain, Eli mengetahui bahwa Oskar sering menjadi bulan-bulanan di sekolah. Eli memberitahu Oskar untuk tidak tinggal diam, ia berjanji akan membantu dan meyakinkan Oskar bahwa ia dapat membantunya.

Karakter yang kuat, nuansa sepi dan dingin yang kental dalam film ini merupakan hal yang tidak didapat dari remake Amerika, Let Me In (2010). Jika kebetulan memiliki kedua versi film ini, sangat disarankan untuk menyimak versi Hollywood terlebih dahulu. Atau jauhi sama sekali Let Me In, karena satu-satunya hal yang lebih baik dibanding Låt den rätte komma in adalah scene menusuk leher orang digantung untuk diambil darahnya.

Kenapa film ini diberi judul Let The Right One In? Menjawabnya jelas akan merusak kejutan cerita, karena satu adegan yang menjelaskan pertanyaan tersebut adalah bagian terkuat dalam film ini.
Lalu, apakah kisah Oskar-Eli lebih mengesankan dibanding Edward-Bella? Sekali lagi, keduanya berada dalam level yang berbeda!

Thirdi Canggi
Twitter: @canggi

Selasa, 22 November 2011

Kabluey (2007) - Review

Kabluey (2007)
Cast: Scott Prendergast, Lisa Kudrow, Christine Taylor
Genre: Drama, Comedy
Director: Scott Prendergast

From zero to hero mungkin penggambaran yang tepat untuk Inept Salman (Scott Prendergast). Tidak punya uang, dianggap tidak berguna oleh kakak iparnya, bahkan diancam dibunuh oleh keponakannya sendiri karena sikapnya. Namun cobaan yang terus menerus menimpanya membuat dia tersadar akan potensi dirinya sendiri sebagai pahlwan bagi keluarga kakak iparnya.

Di balik tema ceritanya yang terkesan 'sangat Holywood', film ini sebenarnya memaparkan bagaimana penatnya sebuah keluarga muda Amerika dalam menghadapi realita yang terjadi pada periode 2004-2008. Leslie (Lisa Kudrow) menghadapi kenyataan suaminya harus pergi bertugas untuk tentara di Irak tanpa kabar yang pasti. Dua anaknya sangat merepotkan karena keaktifan mereka, lalu ditambah munculnya Salman si adik ipar yang bagai parasit di rumahnya. Kondisi dalam negeri Amerika sendiri saat itu pun tengah menuju krisis ekonomi yang membuat bisnis lesu. Ketidakpastian suaminya pun nyaris membuat dia mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang secara instan: berselingkuh dengan bosnya. Intinya situasi saat itu adalah worst case scenario untuk Leslie.

Seperti umumnya tokoh-tokoh pahlawan Amerika lainnya, Salman pun mempunyai kostum sendiri. Tapi jangan bayangkan kostum tersebut berotot dan laksana Superman dan seketat Spiderman. Kostum yang dipakai adalah maskot sebuah perusahaan penyewaan ruang kantor di daerah pertanian!

Kepahlawanan Salman sendiri bukanlah dengan menumpas kejahatan seperti pahlawan-pahlawan berotot dan berbaju ketat yang diuraikan tadi tapi bagaimana cara dia menjadi berarti bagi keluarga Leslie. The man in blue doesn't always make us feeling blue.

Donny
Twitter: @donskyy




Kamis, 17 November 2011

I Served the King of England (2006) - Review

I Served the King of England
Released Date: 11 January 2007 (Czech Republic)
Cast: Ivan Barnev, Oldrich Kaiser, Julia Jentsch, Martin Huba
Genre: Comedy, Drama, Romance
Director: Jiri Menzel

Jangan tertipu oleh judul film ini adalah hal yang penting sebelum anda tonton, ini bukan kisah 'abdi dalem' Kerajaan Inggris. Siapa yang menyangka Republik Ceska mampu menghasilkan film sebagus ini? Sederhana, lucu, dengan plot yang tidak membingungkan dikemas dengan apik oleh Jiri Menzel, sang sutradara, hasil garapan novel berjudul sama karangan Bohumil Krabal.

Film ini berkisah tentang bagaimana penuh warnanya kehidupan seorang Jan Dite kala muda (Ivan Barnev). Dari seorang penjual sejenis hotdog di stasiun, menjadi pramusaji, menjadi asisten pelayan di hotel serta restoran, hingga menjadi orang kaya lalu menjadi bukan siapa-siapa. Semua dialaminya dengan otodidak dan berdasarkan  keingintahuannya akan pengalaman baru dalam kehidupan. Dari 'keluguan' Dite, kita juga dapat mempelajari bagaimana cara beradaptasi dan bertahan di dalam negara yang tiba-tiba berganti rezim.

Dalam sebuah kehidupan tentu tak lengkap rasanya jika tidak ada unsur percintaan di dalamnya. Untuk seorang yang lugu dalam kehidupan sehari-harinya, maka Dite tidak terlalu lugu untuk urusan ranjangnya bahkan tergolong freak. Bagaimana ia menjadi kaya pun tak terlepas dari keahliannya dalam menarik wanita, hal yang terbawa hingga ia tua (diperankan oleh Oldrich Kaiser).

"Ambition wil get you anywhere", petikan dari film ini memang tepat untuk menggambarkan kepribadian Dite. Jangan khawatir merasa bosan dengan kisah hidup Dite, karena dalam hidupnya juga terdapat hal-hal konyol yang dijamin membuat kita tertawa. Jadi, akan ke mana kita dengan ambisi yang kita miliki?

Donny
Twitter: @donskyy