Nanking! Nanking! (City of Life and Death)
Release date: 22 April 2009 (China)
Genre: Drama, History, War
Cast: Ye Liu, Wei Fan, Hideo Nakaizumi
Director: Chuan Lu
Pertama kali menonton film ini, saya kira layar monitor saya rusak. Gambar yang muncul kok hitam putih ya. Lalu saya mencoba mengulang dari awal dan mempercepatnya secara acak sampai ke akhir film. Aaah..tetap hitam putih!! Oke, kita nikmati saja filmnya ya.
Bercerita tentang pengambil alihan ibukota Nanking, Cina, oleh Jepang pada tahun 1937. Kisah ini diangkat dari peristiwa yang sebenarnya yang hingga saat ini masih menjadi kontroversi antara Jepang dan Cina. Pengadilan Militer Internasional memperkirakan lebih dari 200.000 korban jatuh dalam peristiwa ini. Sedangkan pihak Cina mengestimasi menelan lebih dari 300.000 korban, dan para sejarawan Jepang berasumsi hanya 40.000 - 200.000 korban. Banyak pihak yang menganggap jumlah tersebut dibesar-besarkan dengan tujuan propaganda politik.
Lu Jianxiong (Ye Liu), pria berwajah dingin yang penuh emosi bersama pejuang Cina lainnya mati-matian membela tanah airnya dari gempuran pasukan tentara Jepang. Dia dan ribuan prajurit Cina akhirnya berhasil ditangkap dan dibantai dengan keji oleh tentara Jepang. Nasib rakyat sipil, terutama anak-anak dan wanita semakin tidak jelas. Meski berlindung di bawah pengawasan Palang Merah dan mengungsi di zona aman perang, tetap saja Jepang dapat bertindak dengan seenaknya.
Jiang (Yuanyuan Gao), seorang guru bersama beberapa orang asing dari tim Palang Merah berusaha melindungi para pengungsi yang tersisa. Mereka menyuruh para wanita untuk memotong rambutnya agar seperti lelaki supaya mencegah tentara Jepang melirik mereka. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Mereka setiap malamnya tetap mendapat perlakuan yang kasar dan diperkosa oleh tentara Jepang. Mereka gagal. Jepang selalu bernegosisasi dengan cara liciknya demi memuaskan tujuan mereka.
Ketakutan yang digambarkan dalam film "Nanking! Nanking!" atau "City of Life and Death" ini begitu dramatis. Tampak suasana yang mencekam dalam sebuah peristiwa perang. Di balik kekejian pasukan Jepang masih terpancar sisi kemanusiaan dalam Sersan Kadokawa (Hideo Nakaizumi). Kehormatan sebagai manusia atas ketidak adilan dan penindasan yang ia lihat oleh matanya sendiri dipertanggung jawabkan dengan bunuh diri. Heroik!
Banyak sekali pemandangan yang tidak mengenakkan dalam film ini: potongan kepala yang digantung, orang dikubur hidup-hidup, pemerkosaan. Begitulah kenyataan perang yang terjadi. Dan Chuan Lu berhasil menggambarkan peristiwa tersebut dengan nyata. Dan saya pun belum yakin sepenuhnya apakah film ini merupakan sebuah propaganda, namun menjadi sebuah penggambaran sebuah sejarah yang akan terus dikenang dalam sejarah umat manusia. Dan bersyukurlah digambarkan hitam putih. Jika tidak, darah akan berceceran sepanjang film ini.
Koko Anggoro
Twitter: @guekoko
AWARDS
Asian Pacific Screen
Won
2009 - Achievement in Cinematography (Yu Chao)
2009 - Achievement in Directing (Chuan Lu)
Nominated
2009 – Best Film
Asian Film Awards
Won
2010 - Best Cinematographer (Yu Chao)
2010 - Best Director (Chuan Lu)
Nominated
2010 - Best Film
2010 - Best Composer
Golden Horse Film Festival
Won
2009 - Best Cinematography (Yu Chao)
Nominated
2009 - Best Visual Effect (Don Ma)
Hongkong Film Awards
Nominated
2009 – Best Asian Film
2010 – Best Asian Film
Oslo Films from the South Festival
Won
2009 – Film from the South Award (Chuan Lu)
San Sebastián International Film Festival
Won
2009 – Best Cinematography (Yu Chao)
2009 – Golden Seashell (Chuan Lu)
0 komentar:
Posting Komentar