Rabu, 02 November 2011

Bicycle Thieves (1948) - Review

Bicycle Thieves (Ladri di biciclette) (1948)
Release Date: 13 December 1949 (USA)
Genre: Crime, Drama
Cast: Lamberto Maggiorani, Enzo Staiola and Lianella Carell
Director: Vittorio De Sica

Hipotesis kedua saya: film-film dengan setting perang atau pasca perang adalah film-film yang paling mengusik nurani manusia.

Penyesalan mendalam saya rasakan usai menyaksikan film ini. Sama sekali bukan karena jelek, melainkan rasa yang tersisa ketika film selesai. Dan memang seharusnya seperti itulah film yang bagus: penonton sendirilah yang ‘menuntaskan’ film, bukan sang sutradara.

Antonio Ricci adalah sedikit dari ribuan orang di kota Roma yang sangat membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup. Di tengah ekonomi yang amburadul pasca perang usai, pekerjaan yang tersedia sangat terbatas.

Keberuntungan menghampiri Antonio. ia terpilih untuk menjadi penempel poster di dinding-dinding kota. Satu syarat yang membuatnya pusing: ia harus memiliki sepeda. Tidak ada sepeda, tidak ada pekerjaan.

Maria, istri Antonio tak kehilangan akal. Ia menggadaikan sprei dan selimut mereka, uangnya digunakan untuk membeli sepeda bekas. Antonio, Maria, dan putra pertama mereka, Bruno sesaat menjadi orang-orang paling bahagia di dunia. Selanjutnya, saya tidak tega untuk merusak cerita.

Perhatian khusus saya sematkan kepada Enzo Staiola yang berperan sebagai Bruno Ricci. Saya tidak pernah melihat antusiasme dan kegigihan seorang anak kecil dalam sebuah film. Tiada banding!

Fakta yang mengejutkan lagi bahwa sang sutradara, Vittorio de Sicca tidak menggunakan aktor professional dalam film-filmnya. Pemeran utama “Bicycle Thieves”, Lamberto Maggiorani adalah seorang pekerja pabrik. Setelah kesuksesan film ini, ia kehilangan pekerjaannya di pabrik dan ‘terpaksa’ menjadi aktor sepenuhnya.

Pemilihan judul “Bicycle Thieves” ini sangat brilliant, karena memang ada dua (pihak) pencuri sepeda. Pencurian kedua inilah bagian yang paling mengguncang dari film ini. Tidak berlebihan jika banyak pihak yang menganggap inilah salah satu karya sinema terbaik dari italia sepanjang masa. Sederhana, namun sangat mengena.

Thirdi Canggi
Twitter: @canggi

0 komentar:

Posting Komentar